create your own banner at mybannermaker.com!

Sabtu, 24 Desember 2011

Mengenal Teknologi MP3

Petualangan MP3 dimulai sekitar tahun 1987 ketika Institut Fraunhofer di Jerman ingin menandingi teknologi CD Audio dengan cara teknik kompresi. Menggagas MP3 tidak lepas dari format file MPEG (Motion Pictures Expert Group). Dia adalah format standar dalam penyimpanan dan pendistribusian data multimedia terkompresi. Sebenarnya format MPEG terdiri atas tiga layer (lapisan). Layer pertama adalah frame (bingkai gambar), layer kedua adalah motion (gerakan), dan layer ketiga adalah suara. Nah, file MP3 adalah khusus menangani layer suara saja. Maka itulah dinamakan MPEG Layer 3. Format file MP3 pertama kali dikembangkan oleh Karlheinz Brandenburg pada sekitar tahun 1996 dan sekaligus menemukan algoritma Fraunhofer.

Cara kerjanya adalah menghilangkan suara-suara pada frekuensi yang tidak dapat didengar oleh telinga manusia. Apabila sebuah CD Audio dengan format CDDA berkapasitas sekitar 640 Mb hanya mampu menyimpan rekaman sepanjang 70 menit, maka format MP3 memungkinkan sebuah file audio dengan data rate 128 kpbs sepanjang 1 menit hanya menghabiskan spasi sebesar 1 MB pada media penyimpanan. Sehingga jangan heran bila ratusan lagu (4-5 Mb) bisa dijejalkan dalam sebuah CD.

Memang betul MP3 tidak sekualitas CD, tetapi lebih baik dari kaset karena dikompresi dengan metode lossy. Bagi kebanyakan orang, perbedaan ini hampir-hampir tidak terasa. Hanya dari kalangan profesional audio (audiophile) saja yang bisa merasakan adanya perbedaan kualitas suara. Sebenarnya jenis audio digital juga banyak, walaupun tidak semuanya populer dan bisa dimainkan di suatu player.

MP3Pro, satu rumpun dengan MP3 tapi bit rate-nya lebih rendah, umumnya berjalan dengan bit rate 64 Kbps. Biasanya audio digital yang memiliki bit rate kurang dari 128 Kbps akan bermutu rendah. Namun, suaranya lebih nyaman jika dibandingkan dengan MP3, tapi tetap kalah dengan CD. File dimainkan dengan MusicMatch JukeBox (http://www.musicmatch.com/) atau Magix MP3 Maker Platinum (http://www.magix.com/).

FLAC (Free Lossless Audio Codec), sebuah produk yang bersifat open source. Bedanya, Flac tidak banyak membuang informasi dalam suara (lossless codec), sehingga ukuran file-nya pun jauh lebih besar ketimbang file audio lain. Kualitas suaranya boleh dibilang mendekati aslinya, jauh lebih jernih jika dibandingkan dengan MP3. Hasil kompresinya hanya 2/3 dari ukuran asli. Untuk detailnya bisa lihat di http://www.dbpoweramp.com.
AAC, atau MP4 dimaksudkan sebagai penerus MP3. Diciptakan untuk kebutuhan transfer data yang lebih cepat, sehingga lebih enak dipakai di internet, wireless, dan audio streaming. Meski ukuran file-nya lebih kecil, mutu suaranya lebih bagus dengan bit rate 128 Kbps

Ogg Vorbis, menghasilkan file berekstensi Ogg. Penemunya Chris Montgomery di MIT (Massachussets Institute of Technology). Sifat produknya open source. File ini berukuran kecil. Lebih kecil dan lebih bagus kualitasnya ketimbang MP3, sehingga bisa hemat space dan bandwidth. Kualitas Ogg selalu berubah-ubah karena dikembangkan banyak orang. Mutunya berdasarkan skala 1 sampai 10. Umumnya dipakai skala 3, setara dengan bit rate 128 Kbps. Info lengkap dapat dibaca di http://www.vorbis.com/.

WAV, kependekan dari Wave. Produk Microsoft dan menjadi standar file audio dalam komputer untuk Sistem Operasi, Game, maupun file suara lain yang kualitas suaranya setara dengan CD. Tetapi ukuranya besar sekali sebab tidak mengalami proses kompresi.

WMA (Windows Media Audio), temuan Microsoft tapi kalah pamor dengan MP3. Mulai merebak di kalangan pengguna windows karena berhubungan dengan hak cipta. Keunggulannya dapat melindungi file audio sehingga tidak bisa dimainkan atau disalin dengan sembarangan. WMA versi 9 hanya mampu merapatkan file sekitar 19 MB dari file asli sebesar 30 MB dan hanya Windows Media Player yang dapat menjalankannya.

http://gonglaras.blogspot.com/2009/02/mengenal-teknologi-mp3.html

MP3 Teknologi Musik Pengganti Tape Recorder

Musik adalah salah satu aspek penting kehidupan. Kita bisa lihat bahwa dalam keseharian kita, kita tidak pernah lepas dari musik. Dimanapun kita berada pasti ada musik. Ketika kita berada di kampus, ada radio kampus, di rumah ada TV, di gereja, masjid, wihara atau dimanapun juga tetap ada musik. Kelihatannya memang kehidupan manusia tidak mungkin lepas dari musik.

Teknologi musik yang pertama kali, diperkenalkan oleh Thomas Alfa Edison dengan nama Phonograph. Menggunakan piringan besar yang harus diputar dengan tangan untuk memainkan lagunya. Seiring ditemukannya motor elektrik, maka kinerja teknologi musik ini tidak lagi menggunakan tangan. Kemudian dari teknologi piringan berkembanglah teknologi tape recorder yaitu dengan menggunakan pita magnetik. Namun sesuai dengan sifat manusia yang ingin terus menerus berkembang terciptalah teknologi CD. Saya ingat pada masa dimulainya teknologi CD, teknologi CD ini mengalami persaingan berat karena harus bersanding dengan teknologi tape recorder yang harga kaset musiknya tersebut jauh lebih murah. Harga kaset tape waktu itu cuma 7.500 -15.000 rupiah, sementara harga CD waktu itu berkisar 50.000-60.000 Rupiah. Sudah jelas bukan persaingannya.

Keluarnya Teknologi MP3 menghancurkan penjualan kaset tape.

Hari-hari ini percaya atau tidak, teknologi tape recorder sudah mulai ditinggalkan. Mengapa???
1. Ada yang lebih murah
. Alasan yang klasik mungkin bagi orang Indonesia, tapi itulah kenyataannya. Musik dengan CD MP3 memang murah karena 1 CD MP3 cukup untuk merekam sampai 100 lagu berformat MP3, sementara harga yang ditawarkan hanya berkisar 10.000 Rupiah. Dengan munculnya teknologi musik MP3 yang merupakan perkembangan dari CD, maka seakan-akan hampir tidak ada alasan untuk membeli kaset tape ataupun CD kecuali alasan kejernihan suara. Dalam arti pangsa pasar penjualan CD menjadi berbeda dengan MP3.

2. Perkembangan Era digital. Dalam era digital sekarang tape tidak bisa lagi berperan banyak. Kita semua tahu harga komputer dan laptop semakin hari semakin murah. Dalam arti, laptop dan komputer bukan lagi merupakan barang mewah. Dengan komputer dan laptop kita mampu mendengarkan musik serta mengedit-edit musik. Sementara kaset tape sudah tidak mampu mengikuti perkembangan era digital sekarang. Kaset tape tidak bisa diedit semudah mengedit CD atau MP3. Untuk mengedit kaset tape kita memerlukan alat khusus yang harganya jutaan untuk menjadikan musik dalam kaset itu menjadi musik digital.


http://belajarsendiri.com/mp3-teknologi-musik-pengganti-tape-recorder/

Teknologi dan Masa Depan Dunia

Pernahkah terpikir bagaimana keadaan dunia beberapa puluh tahun lagi? Akankah teknologi menjadi bagian penting bagi manusia-manusia modern saat itu? Jika melihat kondisi masyarakat saat ini yang kehidupan sehari-harinya tak lepas dari teknologi, tentu dapat diprediksi bahwa penggunaan teknologi akan terus meningkat. Perusahaan produsen dari produk-produk teknologi pun saat ini berlomba-lomba menemukan inovasi baru untuk produk mereka yang berteknologi tinggi. Sebagian besar dari kita memang sudah tak terpisahkan dari teknologi yang terus berkembang ini. Namun, yakinkah kita bahwa teknologi dapat membawa dunia ke arah yang lebih baik? Di balik banyaknya manfaat yg dapat kita peroleh dari perkembangan teknologi yang amat pesat ini, mari kita pikirkan tentang dampak negatif yang disebabkan perubahan zaman dan perkembangan teknologi saat ini, dan di masa depan.

Jika dilihat dari segi sosial, perkembangan teknologi informasi yang pesat membuat interaksi sosial yang terjadi secara langsung intensitasnya semakin berkurang. Terjadi perubahan dalam dinamika kehidupan masyarakat. Semakin atraktifnya media komputer atau media digital lainnya dapat membuat sebagian orang seolah-olah menemukan dunia dan keasyikannya sendiri dengan berbagai macam fitur yang ada dalam sebuah komputer, handphone, atau media digital lainnya. Dapat terjadi ketergantungan terhadap media tersebut. Hal ini juga dapat membuat manusia menjadi lebih apatis terhadap orang-orang yang secara fisik berada di sekitarnya. Komunikasi pun lebih banyak terjadi secara tidak langsung antara orang-orang yang berada pada jarak jauh. Hal mengenai komunikasi ini baru merupakan dampak negatif dari salah satu media komunikasi, seperti layanan social network yang saat ini sangat banyak penggunanya. Efek lainnya, dengan penggunaan komputer atau media digital dalam berbagai aspek, mulai dari hiburan, komunikasi, hingga bisnis, akan membuat orang lebih jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dengan kurangnya interaksi, kemampuan interpersonal dan emosional seseorang menjadi tidak optimal. Lama-kelamaan, orang akan kesulitan menjalin komunikasi dan membangun relasi dengan orang di sekitarnya. Jika hal ini berlangsung terus menerus, manusia lama kelamaan akan menjadi sangat individualis, dan bukan tidak mungkin kelak tidak akan ada lagi interaksi dan komunikasi. Padahal, pada kodratnya manusia adalah makhluk sosial.

Selain melihat dampak dalam segi sosial tersebut, kita juga dapat memandang dampak teknologi terhadap kesehatan. Penggunaan teknologi yang berlebihan dapat menimbulkan masalah pendengaran. Salah satu teknologi yang sering digunakan saat ini adalah portable music player, seperti mp3, ipod, dan semacamnya. studi menunjukkan bahwa gangguan pendengaran sekarang meningkat, karena populasi yang menua telah mengalami kebisingan terus -menerus. Penelitian Dr Fligor menunjukkan bahwa 5 sampai 25 persen dari kita membiarkan MP3 player di setting terlalu tinggi. Hal ini memiliki pengaruh terhadap pendengaran kita, karena kerusakan pendengaran ternyata banyak tergantung pada kepekaan seseorang, genetika, berapa lama dan keras volume lagu yang didengarkan. Masalah lain yang dapat ditimbulkan adalah masalah penglihatan. di zaman serba online ini kita lebih lama menghabiskan waktu di depan layar komputer atau handphone. Menurut American Optometric Association, sekitar 70 persen orang yang bekerja dengan komputer mengalami masalah penglihatan seperti kemerahan, iritasi, pandangan kabur, kesulitan fokus dan sakit kepala ringan. Masalahnya berasal dari banyak faktor, seperti posisi yang buruk (memiliki layar komputer terlalu dekat atau terlalu jauh), pencahayaan yang buruk atau terlalu silau , dan kurangnya istirahat dari komputer. Tidak hanya penglihatan dan pendengaran saja yang dapat menjadi masalah. Terlalu lama berada di depan komputer, atau terlalu lama menggunakan ponsel dapat mengakibatkan pegal dan nyeri pada leher, punggung, tangan, bahkan terlalu lama memakai laptop di pangkuan pria bisa menurunkan kualitas sperma karena suhu panas yang terlalu dekat dengan pabrik sperma. Di Amerika juga ada istilah “Blackberry Thumb” yang artinya ibu jari pegal dan nyeri karena terlalu banyak dipakai untuk ber-BB. Selain itu, masalah pengaruh gelombang elektromagnetik yang berpengaruh buruk bagi kesehatan juga masih menjadi perdebatan. banyak peneliti yang mengungkap pengaruh radiasi ponsel terhadap kesehatan manusia menerangkan bahwa seseorang yang banyak terkena radiasi ponsel cepat atau lambat, dapat menyebabkan efek detrimental pada otak, bahkan ada yang berpendapat bahwa penggunaan ponsel secara terus menerus selama lima sampai 18 tahun atau lebih, dapat beresiko lebih tinggi terkena kanker leukemia atau kanker pankreas serta juga dapat menyebabkan penurunan jumlah produksi sperma sampai 80 persen. Apalagi dengan kesibukan kita di depan komputer dan bertambahnya produk teknologi yang mempermudah kita, membuat kita lebih sedikit bergerak dan kurang berolahraga. Untungnya, dalam hal olahraga ini kesadaran orang sudah mulai bertambah.

Nah, dengan berbagai dampak buruk yang dapat disebabkan oleh teknologi yang semakin berkembang ini, semoga kita menjadi lebih sadar terhadap kebutuhan dan kesehatan diri sendiri dan dapat menggunakan teknologi secara bijak agar perkembangan teknologi lebih banyak membawa dampak positif, serta kita dapat lebih optimis bahwa kelak perkembangan teknologi dapat membawa perubahan dunia ke arah yang lebih baik di masa depan.

http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2011/12/07/teknologi-dan-masa-depan-dunia/

Sejarah penemuan Mp3

MUNCULNYA perangkat lunak MP3 telah mendorong dunia musik untuk tampil di barisan terdepan. Format data ini memungkinkan transfer file musik lewat internet sehingga dapat dengan mudah diunduh (di-download) oleh masyarakat, langsung dari PC mereka.

MP3 adalah kependekan dari MPEG Audio Layer III dan merupakan standar untuk kompresi audio yang dapat memperkecil file musik tanpa mengurangi (atau hanya sedikit mengurangi) kualitas suara yang dihasilkan. MP3 merupakan bagian dari keluarga MPEG, singkatan dari Motion Pictures Expert Group, suatu standar untuk format video dan audio yang menggunakan sistem kompresi.


Di Indonesia, format MP3 mulai populer seiring dengan menjamurnya lapak-lapak maupun distributor penjualan software. Tempat-tempat semacam ini biasanya memperjual-belikan CD (compact disc) berisi lagu-lagu dalam format MP3. Setiap keping CD dengan kapasitas 700 MB sanggup menyimpan kurang lebih 200 lagu. Inilah keistimewaan format musik MP3 yang membedakannya dengan format musik lain. Ukuran file-nya yang relatif kecil sangat memudahkan dalam penyimpanan maupun pemindahan (transfer).

Namun demikian, belum banyak orang yang tahu mengenai kisah sang penemu, yang telah memadukan pengetahuan tentang matematika, suara, dan elektronika - yang secara luar biasa, melakukannya tanpa
mengharapkan keuntungan pribadi.

Tolak tawaran dana
Kisah ini dimulai dari suatu tempat bernama Institut Frauenhofer, salah satu lembaga penelitian di Jerman yang paling prestisius dan memperkerjakan kurang lebih 250 orang sarjana. Mereka adalah para ilmuwan dan insinyur terbaik Jerman, walaupun kabarnya gaji yang mereka terima tidak lebih besar dari yang ditawarkan oleh standar industri.

Profesor Karl Heinz Brandenburg adalah salah satu ilmuwan yang bekerja di institut tersebut. Keterlibatannya dalam bidang kompresi musik dimulai sejak tahun 1977. Pada awalnya, Profesor Dieter Seitzer-lah
yang memiliki gagasan untuk menciptakan suatu metode dalam mentransfer musik melalui jalur telefon standar. Saat itu, idenya dianggap sebagai suatu teroboson brilian. Namun demikian, ia menolak setiap tawaran dana yang datang sebagai bantuan penelitian. Ia justru memutuskan untuk membentuk suatu kelompok kerja tersendiri yang terdiri dari para ilmuwan dan teknisi Frauenhofer yang memiliki minat terhadap topik semacam itu. Keberminatan Bradenburg terhadap matematika, elektronik, dan gagasan-gagasan nyleneh menjadikan mereka sebagai partner yang ideal.

Selanjutnya, penelitian mengenai kompresi file musik ini dipimpin langsung oleh Bradenburg, dan dilakukan di Institut Frauenhofer, divisi Integrated Circuits (Frauenhofer IIS), di Bavaria. Bradenburg kemudian memutuskan untuk berkonsentrasi pada upaya pengompresian file lewat algoritma. Hasilnya adalah algoritma “MPEG-1 Layer 3″ yang kemudian dipersingkat menjadi “MP3″.

Sedikitnya jumlah penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya memaksa Bradenburg dan kawan-kawan untuk menciptakan metode, teori, dan risetnya tersendiri. Kebanyakan dari pekerjaan mereka tidak hanya tentang bagaimana mengurangi ukuran file, melainkan untuk mengetahui tingkat penurunan kualitas suara yang masih dapat ditoleransi oleh persepsi manusia.

Otak dan telinga
Dalam menciptakan MP3, Brandenburg menganalisis bagaimana otak dan telinga manusia menangkap suara. Teknik yang digunakan berhasil memanipulasi telinga dengan membuang bagian yang kurang penting pada suatu file musik. Sebagai contoh, apabila terdapat dua nada yang mirip, atau apabila nada tinggi dan rendah muncul secara bersamaan, otak hanya akan memproses salah satunya. Sehingga algoritma MP3 akan memilih sinyal yang lebih penting dan membuang sisanya.Hasilnya adalah file MP3 mampu mengurangi ukuran file audio orisinal hingga 10 kali lebih kecil. Sebagai contoh, sebuah lagu dengan durasi
3 menit dapat menyita alokasi hard-disk sebesar 30 MB. Lagu yang sama dengan format MP3 hanya membutuhkan ruang sebesar 3 MB dengan penurunan kualitas suara yang minimum.

Penemuannya telah mendapatkan sejumlah perhatian di negaranya sendiri, Jerman. Tetapi sambutan hangat justru ia peroleh saat berkunjung ke Silicon Valley untuk melakukan presentasi pada 1997. Di sana ia
mendemonstrasikan pengetahuannya mengenai cara menekan ukuran file WAV tanpa membuat pendengar mengetahui perbedaannya. Beberapa pihak pun menunjukkan ketertarikannya untuk membeli projek tersebut atau mengambil alih hak kepemilikannya. Namun, Institut Frauenhofer bersikeras untuk menjaga semua hak ciptanya, walaupun mereka sebenarnya tidak memiliki banyak uang untuk mengawasi perlindungannya.

Diawali dengan Winamp
Kesuksesan MP3 dimulai pada 1998, ketika Winamp, sebuah mesin pemutar MP3 yang dibuat oleh sepasang mahasiswa bernama Justin Frankel dan Dmitry Boldyrev, ditawarkan secara cuma-cuma di internet. Dalam seketika, penikmat musik di seluruh dunia terhubung dalam satu jaringan pusat bernama MP3, dan saling menawarkan musik-musik yang memiliki hak cipta, secara gratis.

Sebelum terlalu lama, programmer lain pun seperti tidak mau ketinggalan kereta. Mereka menciptakan berbagai perangkat lunak pendukung untuk para pencinta MP3 (MP3 junkies). Encoder, ripper, dan player terbaru dirilis setiap minggunya, dan pertumbuhannya bergerak semakin kencang. Mesin-mesin pencari pun membuat proses pencarian file MP3 tertentu yang dikehendaki menjadi semakin cepat. Selain itu, player portabel seperti Rio dan iPod membuat MP3 dapat dinikmati sambil berjalan.

Saat ini, MP3 ditawarkan sebagai program shareware. Ini artinya siapa pun yang berminat dapat mendaftarkan pada Institut Frauenhofer dan membuat perangkat lunak atau file MP3-nya sendiri. Sejujurnya, mengenai hal tersebut, Bradenburg memang tidak memiliki banyak pilihan karena projek ini tidak memiliki partner software langsung dan tidak memiliki anggaran untuk membuat rantai distribusi dan pemasarannya
sendiri.

Brandenburg menyatakan bahwa ia sangat puas dengan pekerjaannya dan tidak mengambil keuntungan apa pun daripadanya. Ia pun mengaku tidak memiliki selembar saham pun di perusahaan internet atau perusahaan lain yang menggunakan format MP3. Bahkan, ia tidak tertarik terhadap uang sama sekali. “Saya tidak peduli dengan angka-angka yang ada di buku tabungan saya. Tetapi, saya sangat puas dengan apa yang telah saya lakukan, dengan rekan-rekan kerja, dan apa yang telah kami hasilkan bersama,” ujarnya pada majalah Jerman, Der Spiegel. Namun demikian, Brandenburg tidak berpikir bahwa sistem ini akan
menghancurkan industri musik seperti yang banyak pihak telah ramalkan.
“Saya pikir hal itu tak akan terjadi, tetapi kita memang telah mengubah industri… Industri harus memahami cara mengendalikan media digital yang baru ini dan peluang yang menyertainya. Mereka harus berkonsentrasi pada hal-hal yang positif ketimbang yang negatif.”

Menolak tawaran
Dengan segala kesuksesan yang telah ia raih, berbagai tawaran menggiurkan pun datang menghampiri, termasuk posisi keprofesoran di Amerika Serikat. Meski demikian, ia tetap bersikap sederhana dan rendah hati. Tampaknya ia sudah cukup bahagia dengan ‘dunia kecil’-nya di pinggiran kota Berlin.

Ia pernah berkata pada pers Jerman bahwa setiap kali ia berselancar di internet dan menemukan situs MP3 terbaru dan mengetahui bahwa masyarakat menikmati sesuatu yang pernah ia buat, “Hal itu memberikan perasaan senang yang tak terlukiskan,” ujar Brandenburg suatu hari.

http://www-mp3player.blogspot.com/2009/03/sejarah-penemuan-mp3.html

Pemutar MP3 (MP3 Player)

Pemutar audio digital MP3 atau yang biasa disebut dengan MP3 Player merupakan suatu piranti portable yang dapat memainkan file audio digital MP3. sedangkan MP3 sendiri adalah suatu format kompresi file audio yang mempunyai ukuran kecil sehingga dapat dikirimkan melalui internet ataupun disimpan dalam bentuk file digital.

Beberapa Hal yang perlu diketahui pada Pemutar MP3

Berdasarkan cara kerjanya, pemutar mp3 player dibagi menjadi dua kategori, yaitu yang memiliki harddisk drive sebagai alat penyimpan yang dapat menyimpan lebih banyak file lagu tetapi lebih mahal dan yang memiliki memori flash yang memiliki harga lebih murah tetapi kapasitas penyimpanannya sedikit. Ada pula beberapa varian pemutar MP3 yang memiliki harddisk drive dan memori flash sekaligus, misalnya Archos Gmini 400.

Penyimpan data

Hard Drive, pemutar MP3 yang menggunakan hard drive untuk media penyimpanannya saat ini masih didominasi oleh Apple dengan produknya yaitu iPod. Model dari Apple iPod yang memiliki hard drive bervariasi dengan kapasitas 15, 20, 30, 40 hingga 60 GB yang bisa memuat sampai 3.700 – 15.000 lagu.

Memori Flash, salah satu kelemahan dari pemutar MP3 yang menggunakan hard drive yaitu jika hard drive rusak maka pemutar MP3 tersebut tidak dapat dipakai lagi, berbeda dengan yang menggunakan memori flash, karena jika memori flash tersebut rusak maka kita hanya menggantinya dengan yang baru sehingga pemutar MP3 dapat digunakan kembali tanpa harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak. Memori flash biasanya berbentuk kartu kecil yang dapat dimasukkan ke slot memori yang ada pada pemutar MP3 dan bersifat non-volatil.

Sampling Rate

Banyaknya lagu yang dapat disimpan oleh pemutar MP3 tidak hanya dipengaruhi oleh kapasitas penyimpanan dari pemutar MP3 tersebut, tetapi juga dipengaruhi kualitas suara yang dipilih. Karena jika Anda menginginkan file musik dengan kualitas tinggi ketika ripping (konversi audio digital dari CD musik ke format MP3), file akan berukuran besar, sehingga jumlah lagu yang dapat disimpan lebih sedikit. Jika Anda menghendaki suara berkualitas rendah, maka pemutar tersebut akan bisa memuat lebih banyak lagu. Kualitas dari lagu ditentukan oleh sampling rate, jumlah (dalam satuan kilobit per detik) dimana sebuah lagu diukur (diambil sampelnya) dan dikonversi ke nilai digital. Misalnya, sebuah lagu yang diambil sampelnya pada 192 kilobit per detik akan memiliki ukuran tiga kali lebih besar dari ukuran lagu pada 64 kilobit per detik dan memiliki kualitas suara yang lebih bagus.

Proses transfer file

Ketika membeli pemutar audio, Anda juga akan menerima perangkat lunak yang bisa menstransfer file MP3 dari computer ke pemutar MP3. Proses transfer ini menggunakan port berkecepatan tinggi seperti FireWire atau USB.

Umur Baterai

Umur baterai dari pemutar MP3 bervariasi. Jika menggunakan baterai model Li-Ion atau Li-Po, pemutar MP3 bisa bertahan hingga 15 jam dan dapat diisi ulang. Berbeda dengan yang menggunakan baterai AA. Walaupun mampu bertahan hampir sama dengan baterai model Li-Ion atau Li-Po, tetapi tidak dapat diisi ulang, meskipun saat ini banyak baterai AA yang dapat diisi ulang, namun daya tahan baterai tidak mampu bertahan selama 1 jam.

Fitur-fitur lain

Banyak pemutar MP3, terutama yang berbasis flash, dapat digunakan sebagai penerima siaran radio FM. Sebagian besar pemutar MP3 juga bisa digunakan untuk merekam suara berkualitas tinggi dengan memakai mikrofon tambahan. Ada juga yang memiliki mikrofon internal untuk merekam suara yang cocok untuk merekam percakapan. Selain itu, ada pula pemutar MP3 yang mempunyai sepasang earphone sehingga dua orang dapat mendengar bersamaan.

Dampak Sosial dari Pemutar MP3

Pemutar MP3 bisa berdampak positif maupun negatif dalam kehidupan social manusia. Dampak positif dari penggunaan pemutar MP3 yaitu dapat mengurangi stress karena dengan mendengarkan musik tentunya yang sesuai dengan selera masing-masing individu akan memperoleh kesenangan dan ketenangan jiwa, selain itu pemutar MP3 bersifat fleksibel yang artinya kita dapat mendengarkan musik kapan pun, dimana pun dan dalam keadaan apapun.

Selain berdampak positif, pemutar MP3 juga memiliki dampak negative. Berdasarkan penelitian para ahli di AS, sekitar 12 % anak-anak dan remaja di AS menderita kurang pendengaran, dan para ahli medis memperkirakan hal tersebut disebabkan oleh efek pemutar MP3. Menurut National Institute of Occupational Safety and Health, batas maksimum untuk mendengar secara aman adalah 85 desibel untuk 8 jam. Akan tetapi, volume kebanyakan pemutar CD potable atau MP3 berkisar antara 91 hingga 121 desibel, dan earphone pun turut memberi tambahan 7-8 desibel.

http://ardianto.eskaprianda.students-blog.undip.ac.id/2009/06/10/pemutar-mp3/